Bagi Perusahaan besar akan lebih
efisien dengan IT outsourcing, karena mereka bisa lebih fokus ke bisnis utama
mereka. Mereka tidak dipusingkan dengan segala hal yang berkaitan dengan IT
yang menopang kerja mereka.
Kondisi perusahaan dalam keadaan
sehat tetapi tantangan tentu selalu ada, terutama berkaitan dengan pemanfaatan Information
Technology (IT).
Naiknya jumlah omset ini sering diasumsikan
dengan naiknya kebutuhan atau akses terhadap pasar. Atau sederhananya, naiknya omset
ini menjadi pasar bagi perusahaan untuk menambah jumlah client. Hanya saja,
dengan banyaknya jumlah perusahaan persaingan untuk menambah client itu makin
ketat. Perusahaan perlu menyiapkan banyak hal untuk memenangkan persaingan
tersebut. Salah satu yang harus dipersiapkan oleh perusahaan adalah bagaimana
mereka akan memanfaatkan IT.
Ketepatan Pandangan
Menempatkan IT dalam perusahaan juga
bukan perkara mudah. Masih banyak perusahaan yang melihat IT sebagai bagian dari
cost yang harus mereka keluarkan. Ini yang membuat sebagian besar pelaku
industri Indonesia menyebut IT adalah bagian dari ongkos yang mahal. “Kalau
lihat dari nilainya, harga beli software, hardware, jaringan, apalagi pakai US
Dollar, memang kelihatannya mahal. Ditambah lagi kebutuhan perusahaan, makin
besar perusahaan, makin besar kebutuhan dan makin kompleks sistemnya yang tentu
berpengaruh pada harga. Hanya saja, pandangan itu sebenarnya tidak tepat. Jika
IT dalam perusahaan dilihat dalam cara itu sebagaimana yang umum dilihat
sekarang, maka IT hanya akan menjadi beban. Sebagai beban, maka IT menjadi
salah satu pilihan jika perusahaan ingin memperbaiki kinerjanya. IT akan
menjadi salah satu item yang akan dipangkas jika perusahaan menekan biaya atau memperbesar
keuntungan.
Pemangkasan biaya IT, akan membawa dampak signifikan bagi pertumbuhan
perusahaan tersebut. Pemangkasan biaya IT ini akan menurunkan kualitas layanan terhadap
client, yang akan memicu migrasi client ke perusahaan lain yang sejenis.
Menurutnya, para pelaku industri
perbankan baiknya mulai melihat IT sebagai sebuah investasi dan pemanfaatannya.
Artinya, bagaimana melihat biaya yang dikeluarkan untuk IT itu dibandingkan dengan
hasil yang mereka dapat, antara lain bagimana dengan efisiensi dan efektifitas
operasional mereka dengan IT serta pertumbuhan revenue yang didapat.
Kita asumsikan IT di perusahaan itu dengan
harga sebuah Server. “Ada server yang harganya 100 juta Rupiah, namun dengan
segala kemampuan yang ada di dalamnya bisa menghasilkan 2 Miliar Rupiah, kemudian
ada Server yang 20 juta Rupiah namun hanya menghasilkan 300 juta Rupiah. Kalau
hanya melihat harga server 100 juta
Rupiah tentu mahal sekali, tetapi kalau melihat dari yang dihasilkannya,
dibandingkan dengan yg 20 juta Rupiah, tentu Server 20 juta Rupiah itu murah,” tuturnya.
Hanya saja, mengubah pandangan ini bukan perkara yang mudah. Apalagi bagi perusahaan-perusahaan
yang ukurannya menengah kecil. Bagaimana kekuatan kelancaran keuangan mereka
hingga investasi yang ditanamkan dalam IT itu menghasilkan keuntungan yang
besar juga tidak bisa dikesampingkan begitu saja.
Efek
Positif Outsourcing dan Sharing IT
Bagi perusahaan-perusahaan besar dan mapan, kemampuan untuk
menyediakan anggaran untuk IT beserta pendukungnya, tentu bukan persoalan rumit
sebagaimana dihadapi oleh perusahaan-perusahaan menengah kecil. Menyediakan IT
bagi perusahaan bukan perkara sekali jadi dengan membeli software, hardaware, serta
infrastruktur yang diperlukan. Masih ada perkara penyediaan SDM nya,
pengetahuan untuk menjalankan dan menjaganya. Ini tentu rumit. Perusahaan-perusahaan
besar, umumnya mampu menyediakan itu semua. Mereka biasanya punya tim sendiri.
Mereka menyiapkan IT ke depan untuk kebutuhannya..
Tetapi, ada cara yang lebih efisien
untuk itu semua, dengan cara melimpahkan kebutuhan IT perusahaan ke pihak
ketiga alias outsourcing. Bagi perusahaan besar, cara itu akan lebih efisien
karena dengan outsourcing IT, mereka bisa lebih fokus ke bisnis utama mereka. Mereka
tidak dipusingkan dengan segala hal yang berkaitan dengan IT yang menopang
kerja mereka. “Tetapi, tidak bisa diserahkan 100% ke pihak ketiga, meski itu
memungkinkan. Karena ada hal-hal yang berkaitan dengan data-data yang tidak
boleh dilihat oleh pihak lain,” ujarnya. Itu bukan berarti bagi perusahaan
menengah kecil urusan kerahasiaan data tidak penting. Semua perusahaan, apapun
ukurannya, kerahasiaan data adalah yang utama. Itu sangat dipahami, pihak
ketiga penyedia jasa outsourcing IT. Hanya saja, untuk perusahaan-perusahaan
menengah dan kecil, urusan outsourcing IT itu.
tampaknya masih harus ditambah juga
dengan berbagi infrastrukur IT. Berbagi infrastuktur IT ini penting karena bisa
memangkas biaya outsourcing IT. Sebab, bagi perusahaan menengah-kecil, bisa
jadi biaya outsourcing IT ini masih besar..
Berbagi sistem dan infrastruktur IT
ini sudah dimulai bersama. Dengan cara ini, perusahaan-perusahaan menengah
kecil, dengan biaya yang masuk akal, bisa memiliki jaringan luas seluas yang
dimiliki oleh perusahaan-perusahaan besar. Outsourcing dan berbagi IT, Secara
teknis, hal itu bisa dilakukan. Misalnya, sistem pembelian atau pembayaran sudah
bisa dilakukan oleh perusahaan-perusahaan menengah kecil. Dengan outsourcing IT
dan sharing IT, efek positifnya besar. Jarak kompetitif antara perusahaan besar
dan perusahaan menengah kecil, makin diperkecil sebab fitur-fitur yang dimiliki
tidak jauh berbeda. Antar perusahaan, kemudian berusaha meningkatkan daya
kompetisinya dengan meningkatkan layanan atau services kepada client. Ini akan
membuat client lebih diperhatikan dan makin besar kesempatan mendapatkan
layanan terbaik yang dimungkinkan. Jika ini terjadi, maka membuat industri di
Indonesia akan lebih sehat.
Beberapa Tantangan
Meski outsourcing dan sharing IT
memungkinankan, namun masih ada beberapa tantangan yang mesti diselesaikan agar
penerapan ini makin bisa diperluas di industri. Setidaknya ada tiga hal yang
mesti diperhatikan.
Pertama adalah soal regulasi. Sejauh ini, masih ada
bagian-bagian untuk penerapan itu yang masih belum ada aturannya. Sistem sudah
ada dan bisa diterapkan, demikian juga jaringan. Tetapi masih belum ada
regulasinya. Hal ini juga harus diperhatikan karena sangat penting.
Yang kedua adalah soal kepercayaan.
Dalam hal ini, memang kepercayaan masih belum terbangun sepenuhnya, baik antar perusahaan
untuk sharing infrastruktur dan sistem IT atau pun antara perusahaan dengan
provider yang mampu menerapkan itu semua. Meski secara biaya akan lebih murah
dan akan membuat perusahaan lebih efisien dan efektif, dan industri lebih baik,
namun urusan kepercayaan ini belum sepenuhnya terbangun. “Industri itu
kompetitif. Mereka takut outsourcing dan sharing IT maka data mereka bisa
dilihat perusahaan lain sesama pengguna,”. Padahal, hal itu tidak bisa terjadi.
Provider akan menjamin kerahasiaan data mereka. Perusahaan bisa menetapkan data
mana yang bisa dilihat pihak lain, mana yang tidak bisa dibagi.
Dan ketiga adalah soal keamanan. Ini adalah isu yang harus
selalu ada dalam industri. Jika sekali saja isu ini diabaikan, maka akan ada
peluang kepercayaan publik terhadap industri ini akan turun. Sebab, pada
dasarnya, selalu mengaitkan keamanan dengan kualitas layanan perusahaan. Kalau perusahaan
itu mudah ditembus sistem IT nya, maka itu dihubungkan dengan kualitas layanan
yang jelek. Keamanan, menjadi isu yang selalu diperhatikan oleh provider.
Mereka akan terus berupaya untuk memberikan jaminan dengan banyak cara. Dengan
menunjukkan sertifikasi soal keamanan atas sistem yang dipakai atau dengan
membuktikan itu dalam praktik kerja. Outsourcing dan berbagi IT masih
menunjukkan performa yang handal terkait keamanan. Semangat dan pendekatan, akan membuat semua
yang terlibat dalam industri akan tumbuh sehat yang pada akhirnya akan membuat
industri yang sehat dan kuat pula. Kalau perusahaan melihat IT sebagai cost murni,
nilainya akan tinggi sekali. Sulit jika ingin mencari justifikasi untuk melawannya.
Tetapi jika dilihat secara keseluruhan, menyederhanakan sistem dan bisnis
proses, SDM serta mampu meningkatkan revenue, maka perusahaan akan melihat IT
sebagai solusi.
Dirangkum dari berbagai sumber -